Bakti Sosial AMRI
Advertorial

Jambal Roti

Advertorial

Padzzi Pondok Ulam

Jejaring Sosial AMRI
PEDULI HIU BERSAUDARA
AMRI telah menggalang dukungan kepedulian terhadap 2 (dua) warga negara Indonesia yang terancam hukuman mati di Malaysia. Mereka berdua adalah patriot bangsa yang terpaksa bekerja mencari nafkah di Malaysia sebagai sekuriti di sebuah perusahaan. Seorang pencuri dalam keadaan mabuk masuk ke dalam tempat mereka berdua bekerja dan terjatuh namun masih sempat melakukan penyerangan. Kedua kakak beradik ini mencoba mempertahankan properti milik majikannya, namun pencuri mabuk tersebut akhirnya tewas. Pengadilan tingkat pertama sebetulnya telah membebaskan keduanya, namun di tingkat Mahkamah Agung mereka divonis hukuman mati. AMRI berjuang agar keduanya dapat dibebaskan.

AMRI : Otoritas Galau, Rupiah sempoyongan, BRO!

DR. Riza Suarga, Ketua Umum Angkatan Muda Restorasi Indonesia (AMRI)

LENSAINDONESIA.COM: Gejolak Rupiah sejak tahun lalu dikala pertumbuhan ekonomi Indonesia menempati kedua tertinggi di dunia dan di tengah krisis ekonomi yang melanda Uni Eropa serta Amerika Serikat menurut hemat saya adalah suatu anomali bahkan paradox ekonomi yang cukup tragis, tegas DR. Riza Suarga, Ketua Umum Angkatan Muda Restorasi Indonesia (AMRI) di sela-sela pengumuman 9 kader AMRI yang lolos masuk DCS legislatif 2014 KPU.

Seharusnya Indonesia memanfaatkan momentum ini sebaik mungkin dengan membiarkan Rupiah menguat sehingga daya beli masyarakat semakin kokoh mengingat banyak negara yang saat ini sangat tergantung komoditas kita contohnya India dan China yang memborong kebutuhan energi nya dari batu bara bumi nusantara.

Penjelasan Anwar Nasution dalam harian Kompas 14 Juni 2013 yang lalu, yaitu merosotnya Rupiah disebabkan oleh pemodal asing mengurangi kepemilikan atas surat-surat berharga yang diperjual belikan di pasar uang maupun modal Indonesia yang diakuinya pula sebenarnya masih relatif dangkal dan sempit.

Selain masih terbatas jenisnya (hanya berupa SUN, SBI dan efek di BEI), nilainyapun sebenarnya masih sangat kecil mengingat dunia usaha Indonesia masih lebih mengandalkan kredit bank.

Dalam bahasa sederhana, penjelasan mantan Deputi Senior BI diatas sesungguhnya adalah Rupiah selalu digoyang oleh spekulan yang tanpa perlu transaksi jumlah riil apalagi besar sanggup membuat 90% rakyat kita tetap miskin selagi segala komoditas bahan baku hasil bumi seperti energi dan pangan diborong asing dengan harga murah karena Rupiah nya selalu dibuat rendah (undervalued).

Riza yang dosen Ekonomi Manajemen Universitas Trisakti ini menambahkan kalau otoritas keuangan kita baik BI maupun pemerintah selalu galau dalam menentukan kebijakan. 80% komoditas ekspor kita masih dalam bentuk bahan mentah. Namun sebenarnya sebagian besar bahan mentah yang diekspor sangat strategis karena berupa komoditas energi. Ditambah lagi ketika melakukan transaksi, komoditas yang keluar dari teritori Indonesia tidak pernah menggunakan Rupiah bahkan transaksinya selalu di negara ketiga seperti Singapura.

Bayangkan kalau saja 300 juta ton batu bara Indonesia yang diproduksi setiap tahunnya diperdagangkan dengan Rupiah dan harus melalui perbankan nasional kita, permintaan pasar terhadap Rupiah pasti akan melonjak pesat. Menghindari inflasi salah satunya adalah dengan memperkuat daya beli masyarakat. Sejak krisis 1998, Rupiah dibiarkan terjun bebas dari Rp 2,500 ke Rp 17,000 sampai akhirnya di ‘pelihara’ di level Rp 10,000 per USDollar. Padahal negara-negara yang lebih dulu mengalami krisis ekonomi seperti Thailand dan Korea di tahun 2000 saja sudah pulih kembali nilai tukar nya ke level awal seperti sebelum 1998.

Ke depan, restorasi total kebijakan Rupiah wajib dijalankan. Rezim devisa bebas yang menyulitkan diri kita sendiri harus dievaluasi kembali. Kita perlu belajar dari kisah sukses Malaysia dan Australia. Australia membiarkan AUD nya menguat mengingat mereka memang pengekspor mineral seperti kita, demikian juga Malaysia yang sempat mematok Ringgit nya terhadap USD demi mempertahankan daya beli masyarakatnya sehingga kemajuan ekonominya sangat dirasakan sekarang. Jangan pernah malu belajar dari keberhasilan orang lain, demikian DR. Riza Suarga menutup penjelasannya tentang gejolak Rupiah yang terjadi.


Copyright © 2013 - All Rights Reserved - Angkatan Muda Restorasi Indonesia